Jumat, 17 Desember 2010

IBING KEURSEUS, TARIAN DARI RANCAEKEK

17 desember 2010//pembelajaran//ibing keurseus

Seminar yang di lakukan FAT membuat kami merubah jalan pikiran yang sangat pesat. kebetulan kami adalah pembuka dari seminar tersebut dan domisili kami yang memang berada pada daerah kabupaten Bandung tetapnya di Rancaekek. Pada saat seminar berlangsung pembicara mengungkapkan bahwa Rancaekek mempunyai kesenian tersendiri yaitu IBING KEURSEUS yang dahulunya adalah ibing tayub. Ibing keurseus atau dari bahasa belanda cursus (kursus) dipelopori oleh Raden Sambas Wirakusumah yang pada saat itu menjabat sebagai lurah Rancaekek. Ibing ini sangat berkembang pesat pada tahun 20an karenakan ibing ini di ajarkan atau Cursukan di sekolah-sekolah menak ( sekolah kaum priyai) karena seorang pejabat dituntut untuk bisa menari. Ibing atau tarian ini kini menjadi bagian yang hilang dari kebudayaan jawa barat khususnya Rancaekek yang dahulunya terkenal sebagai pelopor ibing keurseus. Kebanyakan warga rancaekek sendiri tidak mengetahui apa itu ibing keureseus, Agung (personil Babaung Maung) mencoba mencari sejauh mana orang rancaekek mengetauhinya dengan cara bertanya dan hampir semua orang menjawab “TIDAK TAHU” sebagian lagi menjawab “PERNAH DENGAR TAPI TIDAK TAHU”. Apakah memang modern dance sudah mengalahkan tarian ini? Atau alat elektronik yang seharusnya menjadi alat untuk mempopulerkan kembali telah lupa? Atau terlalu banyak memikirkan komersialisasi? Tarian yang dahulunya wajib bagi para pejabat kini sudah tidak berlaku lagi. Tarian yang merupakan aset dari kebudayaan rancaekek kini hampir tidak di dengar lagi di daerahnya. Tarian ini kini hanya di tampilkan di acara-acara khusus dan hanya beberapa kali di tampilkan dan sekarang sudah jarang lagi terdengar tarian ini di tampilkan. Kami sebagai orang yang mencintai kebudayaan dan selaku warga rancaekek ingin memberitahukan kepada anda bahwa kami punya budaya yang harus di jaga bersama.

Mencoba menelusuri ibing keurseus

Ibing keurseus atau dari bahasa belanda cursus dan dari bahasa indonesia yaitu kursus dipelopori oleh Raden Sambas Wirakusumah yang pada saat itu menjabat sebagai lurah Rancaekek. Dahulu ibing keurseus bernama ibing tayub, dikarenkan ibing ini berkembang pesat dengan pengajaran yang sangat teratur akhirnya ibing ini di juluki tarian cursus/kursus atau ibing keurseus. Tarian yang yang tertib ini adalah tarian perlalihan dari tarian pergaulan atau tarian keseharian menjadi tarian pertunjukan dikarenakan tarian ini cukup indah ditonton untuk umum.

Tarian keuresus ini merupakan suatu rumpun tersendiri dalam lingkungan Khasanah Tari Sunda. Golongan pada Tarian keuresus yang mungkin juga dapat disebut karakterisasi atau perwatakan, dapatlah dikemukakan sebagai berikut:

1. Lenyepan bersifat lungguh, halus serta berirama lambat
2. Nyatria bersifat lanyap, halus tapi berirama agak cepat
3. Monggawa bersifat gagah, kuat dan berirama sedang

Bila diperhatikan nama perwatakan itu maka nampak adanya penyesuaian dengan perwatakan yang ada pada Pewayangan dan rumpun Tari Topeng yang akan dikemukakan pada pasal berikutnya.

Di samping gerakan-gerakannya telah diatur sedemikian rupa, akhirnya gending-gendingnya juga menjadi tertentu, misalnya untuk :

1. Tari Leyepan menggunakan gending Sulanjana, Udanmas, Banjarsinom dan sebagainya.
2. Tari Nyatria menggunakan gending Gawil dan Kakacangan
3. Tari Monggawa menggunakan gending Panglima, Bendrong dan sebagainya.
4. Tari Ngalana menggunakan gending-gending yang sama dengan Tari Monggawa hanyalah iramanya cepat disebut irama Kering Tilu.

Pada Tarian Keurseus ini peran penabuh Kendang menjadi sangat penting, karena setiap Paguron mempunyai susunan-susunan tarian yang tertentu yang iramanya sangat ditentukan oleh irama kendang. Sebetulnya hal ini tak begitu berarti kemajuan karena setiap penari jadi sangat tergantung pada penggendangnya sendiri.

Sebelum lalamba dilakukan biasanya setiap penari memberi hormat dengan sembah sambil duduk bersila mando. Tentu hal ini dilakukannya dengan gerakan tari.

Bagian berikutnya setelah lalamba adalah disebut Leyepan, yang gerakan-gerakannya cukup beragam dan makin jauh makin sulit serta kemudian dapat pula ditingkatkan lagi pada tari Nyatria Monggawa dan Ngalana. Untuk jelasnya, beberapa nama gerakan pada tari Leyepan: Jangkung Ilo, Gedig, Mincid, Tindak Tilu, Engkeg gigir... dan sebagainya.

Pada gending yang sama Leyepan ini diteruskan dengan Nyatria yang terdiri dari bagian seperti: Sekar tiba, Nyantana, Mincid Galayar. Menyusul setelahnya Tari Monggawa dengan gending dirubah, lajim disebut ditaekkeun yang berarti ditingkatkan dengan gending lancaran seperti Bendrong atau Palima dan sebangsanya yang juga biasa disebut lagu satu wilet/sawilet.

Gending-gending pengiring tari tayuban dan juga keurseus antara lain: Gawil, kawitan, Gunung Sari, Kastawa, Gorompol dan lainsebagainya

Boleh kiranya disimpulkan bahwa Tarian keurseus adalah tarian untuk setiap orang yang sampai sekarang baru terbatas untuk kaum laki-laki, meskipun tidak menutup kemungkinan ditarikan oleh wanita maupun seorang waria.

Adapun pakaian yang dikenakan biasanya ialah tutup kepala bernama Bendo, Jas Tutup atau Jas buka dan Kain batik, Keris dipakainya tersandar, di belakang untuk menyalipkan soder paling banyak digunakan di antaranya pada gerakan sepak soder.

Adapaun itu adalah sebagian dari penjelasan mengenai tarian keurseus, mohon maaf apabila ada kesalahan kami baru akan memulai kembali dan akan melstarikannya. Mohon batuan dari semua orang yang masih peduli akan kebudayaan kita. SUNDA AING SUNDA SALAREA

Backsound : tarawangsa, karinding attack, karinding militan, babaung maung ‘karinding’, keroncong, tragedy of harmony, jasad
Books : -
Movie : resident evil
Quote :hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke.

blog ini bersumber dari :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar