Rabu, 22 Desember 2010

ANTARA CEUYAH DAN TIDAK CEUYAH!!!

14 desember 2010//ryan home//wawancara celempung

Rencana semula kami akan latihan sesi pertama untuk persiapan tanggal 22 nebeuh di sabuga acara inagurasi piksi ganesha, tapi rencana yang disusun gagal di karenakan edu akan menghadapi kuis pada keesokan harinya di kampusnya dan tendy melakukan persiapan wawancara kerja.
Agung mendapat kabar dari temannya untuk melakukan wawancara kecil mengenai celempung oleh anak unpad yang sedang menghadapi tugasnya. Sekitar pukul 7 agung pun di jemput untuk melakukan wawancara di rumah ryan yang memang sudah menjadi tempat latihan babaung. Agung yg memang tidak punya ilmu banyak diminta memakukan penjelasan tentang alat musik yang bernama celempung, agung dan ryan yang memang mendapat tugas untuk menceritakan celempung hanya bisa memberikan beberapa penjelasan sejarah, macam-macam, teman celempung pada saat pementasan, dan peranan celempung saat pementasan. penjelasa yang sederhana namun lumayan “nyeureud” dari kami ini sangat di hargai oleh irfan dan ryan. Kepada irfan dan iyan maaf kami hanya bisa memberikan penjelasan yang sangat sederhana. Keep SUNDA until DIE.

15 desember 2010//ryan home//latihan pertama dan ajang pencarian bakat

Hari pertama latihan untuk sabuga edisi nyelow di mulai. Sebenarnya ini latihan biasa karena belum ada kepastian di panitia bahwa kita akan main atau tidak. Latihan hari ini menghasilkan nada untuk intro kami sebelum mulai ke lagu. Nada celempung agung yang mempunyai banyak senar menghasilkan nada yang yg cukup harmonis lalu di tambah ketukan celempung ryan dan pukulan karinding. Tak lupa edu menghajar suling dengan tempo lambat untuk mengindahkan suasana. Dan intro pun selesai terbentuk.
Setelah sesi latihan berhenti aris yang kebetulan kemaren datang ke acara drums day bertemu dengan para personil saratus persen, dan alangkah mirisnya kami mendengar cerita dari aris masalah kenapa saratus persen bisa tersingkir dari ajang pencarian bakat itu. Mereka mengutarakan bahwa kalo pengen masuk ke 8 besar mereka harus membayar sekian persen dan harus berani untuk meninggalkan idelisme mereka. Dan mereka jawab “tidak”, lebih baik tersingkir. “Komersialisasi bukan jalan kami idealisme adalah sebuah harga diri”
19 desember 2010//facebook//kabar tak terduga

Setelah kami memutuskan untuk tidak fokus memikirkan acara di sabuga. Pada malam hari famplet acara yang bertajuk NEVER ENDING STRUGLE bertebaran di beranda facebook agung. Dan agung lasung memberi kabar kepada anak-anak lain bahwa kita akan main di sabuga. Dan segera menyakan acara ini kepada panitia karena sebelumnya kami tidak mendapatkan kabar yang pasti.

20 desember 2010//cicalengka//pembuatan karinding

Hari ini memang sudah di persiapkan untuk memesan karinding dengan nada sama, dan alat-alat lainnya. Agung berserta ryan mendatangi suny dari markipat karinding untuk memintanya mengantar kepada seseorang yang sering membuat karinding. Suny lalu mengantarkan kami berdua kepada temannya Ago. Hanya beberapa menit kami sudah sampai di rumaha ago tersebut. Beberapa lama kami berbincang dan ago memperlihatkan cara membuat karinding dengan baik. Dan wew!!! Sepektakuler karinding itu di buat hanya beberapa menit. Tapi ada sediit kendala ketika menstem nada pada karinding hingga nadanya sama. Dan kami pun segera memesan 7 karinding, 2 celempung, dan 1 empet (toleat dengan versi kecil). Kami berpamitan pulang karena ryan akan meminjam celempung kepada saudaranya aris untuk di pakai hari rabu pada acara di sabuga.

21 desember 2010//ryan home//mengkonsep lagu

Agenda hari ini adalah mengkonsep lagu apa saja yang akan di bawakan besok. Karena agung yang mendapat kabar dari panitia hanya di berikan jatah waktu 10 menit untuk bermain, agung segera bergegas mengkonfirmasi kepada panitia, dan panitia pun bersedia untuk mengkondisikan jatah waktunya. Dan hari ini kami mengkonsep lagu yang akan kami bawakan untuk besok adalah intro, kujan sanjata urang, ngalindur nungguan kubur, carita kiwari, dan sandekala.

22 desember 2010//ryan home dan sabuga//hari ibu dan sabuga edisi nyelow

Agung yang melihat bertebarannya status selamat hari ibu pada waktu itu memberikan inspirasi kepadanya untuk membawakan lagu karinding attack yang berjudul hampura ema part2 untuk di bawakan pada saat di sabuga. Gepeng langsung mengabarkan kepada seluruh anak-anak untuk berkumpul dan mencoba melatih lagu tersebut. Dan akhirnya ceuyah, lagu itu dapat di lantunkan dengan indah.

Setelah latihan kami persiapan untuik berangkat ke sabuga, hujan menyerang kami di jalan, tapi kami tidak berhenti sedikitpun kami terus melaju karena panitia pun terus mengontek kami. Setelah sampai kami menunggu teman agung karena dia di minta pertolongan untuk mendokumentasikan performen kami. Setelah semua kumplit kami masuk kedalam gedung dan berdiam sejenak di tempat tamu. 5 menit kami diam kami di panggil untuk segera mengisi acara karena kami disini sebagai pembuka acara.  Setelah naik ke panggung dan mempersiapkan mik, sound yang kami gunakan jauh dari harapan standar kami dengan gedungnya. Setelah memainkan lagi kaujang sanjata urang kami langsung melantunkan ngalindur nungguan kubur. Di sisi sebelah kanan panitia sudah memberikan tanda untuk berhenti padahal kami ada 3 lagu lagi untuk di nyanyikan. Dan dengan sangat berat hati dan merasa kecewa dengan sound dan perlakuan panitia kami pun menghentikan permainan kami dan segera bergegas ke ruangan tamu. semua personil merasa tidak di hargai dan di rugikan dengan sistem yang seperti ini. Bukan uang yang kami cari tapi kepuasan batin. Sabuga edisi nyelow gagal.

Backsound : Tarawangsa, karinding militan, babaung maung 'karinding', don lego, tiga pagi, efek rumah kaca, harmoni of tragedy, after coma
books :
movie : lari dari blora
quotes : Komersialisasi bukan jalan kami idealisme adalah sebuah harga diri (babaung maung, kami bukan barang dagangan)

Minggu, 19 Desember 2010

SIAP BERTERIAK!!!

Tg; 19 famplet ini berteberan di facebook. Kami kira kami tidak akan nabeuh pada acara ini karena konfirmasi panitia yang sangat mininm, akhirnya pada tgl 19 des tanpa sepengetahuan kami famplet ini bertebaran di sekitar beranda facebook saya. Dan mari kita CEUCEUYAHAN CS'ku.
( aa panitia ke mh konfirmasi helanya. hhe ^^d )

Jumat, 17 Desember 2010

IBING KEURSEUS, TARIAN DARI RANCAEKEK

17 desember 2010//pembelajaran//ibing keurseus

Seminar yang di lakukan FAT membuat kami merubah jalan pikiran yang sangat pesat. kebetulan kami adalah pembuka dari seminar tersebut dan domisili kami yang memang berada pada daerah kabupaten Bandung tetapnya di Rancaekek. Pada saat seminar berlangsung pembicara mengungkapkan bahwa Rancaekek mempunyai kesenian tersendiri yaitu IBING KEURSEUS yang dahulunya adalah ibing tayub. Ibing keurseus atau dari bahasa belanda cursus (kursus) dipelopori oleh Raden Sambas Wirakusumah yang pada saat itu menjabat sebagai lurah Rancaekek. Ibing ini sangat berkembang pesat pada tahun 20an karenakan ibing ini di ajarkan atau Cursukan di sekolah-sekolah menak ( sekolah kaum priyai) karena seorang pejabat dituntut untuk bisa menari. Ibing atau tarian ini kini menjadi bagian yang hilang dari kebudayaan jawa barat khususnya Rancaekek yang dahulunya terkenal sebagai pelopor ibing keurseus. Kebanyakan warga rancaekek sendiri tidak mengetahui apa itu ibing keureseus, Agung (personil Babaung Maung) mencoba mencari sejauh mana orang rancaekek mengetauhinya dengan cara bertanya dan hampir semua orang menjawab “TIDAK TAHU” sebagian lagi menjawab “PERNAH DENGAR TAPI TIDAK TAHU”. Apakah memang modern dance sudah mengalahkan tarian ini? Atau alat elektronik yang seharusnya menjadi alat untuk mempopulerkan kembali telah lupa? Atau terlalu banyak memikirkan komersialisasi? Tarian yang dahulunya wajib bagi para pejabat kini sudah tidak berlaku lagi. Tarian yang merupakan aset dari kebudayaan rancaekek kini hampir tidak di dengar lagi di daerahnya. Tarian ini kini hanya di tampilkan di acara-acara khusus dan hanya beberapa kali di tampilkan dan sekarang sudah jarang lagi terdengar tarian ini di tampilkan. Kami sebagai orang yang mencintai kebudayaan dan selaku warga rancaekek ingin memberitahukan kepada anda bahwa kami punya budaya yang harus di jaga bersama.

Mencoba menelusuri ibing keurseus

Ibing keurseus atau dari bahasa belanda cursus dan dari bahasa indonesia yaitu kursus dipelopori oleh Raden Sambas Wirakusumah yang pada saat itu menjabat sebagai lurah Rancaekek. Dahulu ibing keurseus bernama ibing tayub, dikarenkan ibing ini berkembang pesat dengan pengajaran yang sangat teratur akhirnya ibing ini di juluki tarian cursus/kursus atau ibing keurseus. Tarian yang yang tertib ini adalah tarian perlalihan dari tarian pergaulan atau tarian keseharian menjadi tarian pertunjukan dikarenakan tarian ini cukup indah ditonton untuk umum.

Tarian keuresus ini merupakan suatu rumpun tersendiri dalam lingkungan Khasanah Tari Sunda. Golongan pada Tarian keuresus yang mungkin juga dapat disebut karakterisasi atau perwatakan, dapatlah dikemukakan sebagai berikut:

1. Lenyepan bersifat lungguh, halus serta berirama lambat
2. Nyatria bersifat lanyap, halus tapi berirama agak cepat
3. Monggawa bersifat gagah, kuat dan berirama sedang

Bila diperhatikan nama perwatakan itu maka nampak adanya penyesuaian dengan perwatakan yang ada pada Pewayangan dan rumpun Tari Topeng yang akan dikemukakan pada pasal berikutnya.

Di samping gerakan-gerakannya telah diatur sedemikian rupa, akhirnya gending-gendingnya juga menjadi tertentu, misalnya untuk :

1. Tari Leyepan menggunakan gending Sulanjana, Udanmas, Banjarsinom dan sebagainya.
2. Tari Nyatria menggunakan gending Gawil dan Kakacangan
3. Tari Monggawa menggunakan gending Panglima, Bendrong dan sebagainya.
4. Tari Ngalana menggunakan gending-gending yang sama dengan Tari Monggawa hanyalah iramanya cepat disebut irama Kering Tilu.

Pada Tarian Keurseus ini peran penabuh Kendang menjadi sangat penting, karena setiap Paguron mempunyai susunan-susunan tarian yang tertentu yang iramanya sangat ditentukan oleh irama kendang. Sebetulnya hal ini tak begitu berarti kemajuan karena setiap penari jadi sangat tergantung pada penggendangnya sendiri.

Sebelum lalamba dilakukan biasanya setiap penari memberi hormat dengan sembah sambil duduk bersila mando. Tentu hal ini dilakukannya dengan gerakan tari.

Bagian berikutnya setelah lalamba adalah disebut Leyepan, yang gerakan-gerakannya cukup beragam dan makin jauh makin sulit serta kemudian dapat pula ditingkatkan lagi pada tari Nyatria Monggawa dan Ngalana. Untuk jelasnya, beberapa nama gerakan pada tari Leyepan: Jangkung Ilo, Gedig, Mincid, Tindak Tilu, Engkeg gigir... dan sebagainya.

Pada gending yang sama Leyepan ini diteruskan dengan Nyatria yang terdiri dari bagian seperti: Sekar tiba, Nyantana, Mincid Galayar. Menyusul setelahnya Tari Monggawa dengan gending dirubah, lajim disebut ditaekkeun yang berarti ditingkatkan dengan gending lancaran seperti Bendrong atau Palima dan sebangsanya yang juga biasa disebut lagu satu wilet/sawilet.

Gending-gending pengiring tari tayuban dan juga keurseus antara lain: Gawil, kawitan, Gunung Sari, Kastawa, Gorompol dan lainsebagainya

Boleh kiranya disimpulkan bahwa Tarian keurseus adalah tarian untuk setiap orang yang sampai sekarang baru terbatas untuk kaum laki-laki, meskipun tidak menutup kemungkinan ditarikan oleh wanita maupun seorang waria.

Adapun pakaian yang dikenakan biasanya ialah tutup kepala bernama Bendo, Jas Tutup atau Jas buka dan Kain batik, Keris dipakainya tersandar, di belakang untuk menyalipkan soder paling banyak digunakan di antaranya pada gerakan sepak soder.

Adapaun itu adalah sebagian dari penjelasan mengenai tarian keurseus, mohon maaf apabila ada kesalahan kami baru akan memulai kembali dan akan melstarikannya. Mohon batuan dari semua orang yang masih peduli akan kebudayaan kita. SUNDA AING SUNDA SALAREA

Backsound : tarawangsa, karinding attack, karinding militan, babaung maung ‘karinding’, keroncong, tragedy of harmony, jasad
Books : -
Movie : resident evil
Quote :hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke.

blog ini bersumber dari :

Senin, 13 Desember 2010

KEMBALI BERTERIAK !!!

5 desember 2010//majalaya//nyukcruk galur budaya sunda

Jam 8 persiapan berangkat dari rumah rian menuju majalaya, tepatnya di jalan idris. Karena masih banyak yang harus dipersiapkan yang lainnya agung beserta edu berangkat terlebih dahulu untuk konfirmasi kepada panitia. Di jalan agung bertemu temannya dahulu karena akan memberikan karinding kepada temannya. Kami sampai pukul 9 lebih dan di susul oleh teman-teman yang lain. Sebenarnya kami bukan band pembuka pada acara tersebut, tepi di karenakan band yang lain belum kumpul seluruh anggotanya dan acara akan di mulai, dengan sangat terpaksa kami nabeuh terlebih dahulu sebagai pembuka acara tersebut dengan di awali oleh budaya sunda. Kami pun menerikan semua lagu-lagu kami dengan total 7 lagu. Rencananya setelah nabeuh kami akan segera pulang, tetapi karena kami mendapat kabar bahwa saudara kami markipat akan nabeuh juga pada acara ini kami pun menunggu mereka. Dan markipat ternyata menjadi band karinding yang menutup acara tersebut. Dan terpaksa kami mengikuti acara tersebut sampai akhir demi menyaksikan saudara kami nabeuh. SUNDA AING SUNDA SALAREA!!!

11 desember 2010//common room//manunggaling kawula gusti (karinding militan aka karmila)

Acara manunggaling kawula gusti launcing video art dan bedah lirik yang di mulai pukul 3 ini ternyata terlaksana pukul 4. Hanya agung dan rian dari anggota babaung maung yang mengahadiri acara ini. Mereka mulai berangkat jam setengah 1 karena agung mendapat kabar yang salah tentang acara ini yang di mulai pukul setengah 1. Karenan jadwal yang masih lama agung beserta rian menghampiri kang teddy ‘galengan’ untuk sekedar silaturahmi di dago teahouse. Disana rian membeli kalung berbentuk karinding, dan agung menemukan karinding dari pelepah kawung (aren) dan tidak lama agung langsung membelinya. Sekitar jam 3 kami pamit untuk pergi ke common room. Jam 4 acara di buka mc dan langsung peperback reader yang melantunkan lagu the beattles dengan menggunakan celempung renteng, karinding, kohkol, dan gitar akustik. Lalu di lanjutkan dengan pemutaran video art karinding militan aka karmila – manunggaling kawula gusti.  Performent art dari koloni hitam membuat semua tamu yang hadir terdiam. Kemudian gohgor dengan musik pengerusakan feat bersama yang punya hajat karmila merusak common room dengan musik mereka. Acara selanjutnya bedah lirik manunggaling kuwula gusti dengan pembicara kimung (karat), ady gembel (forgotten), akay (karmila), dan moderator agung jak (koloni hitam), break adzan magrib kemudian di lanjutkan dengan pembahasan yang tertunda tadi. Pembedahan lirik yang sangat mantap di lakukan oleh mereka, hanya orang-orang yang memiliki wawasan yang sangat luas mungkin yang dapat mengartikannya (mantap si akang-akang ieu da, bingung keneh saya ge). kemudian di lanjut karinding militan feat Kick It Out Hardcore, hardcore sundanese pisan. Lalu tigapagi yang memang sudah berkolaborasi dengan karmila ikut menampilkan penampilan terbaik mereka. Penutup acara dengan yang punya hajat kerinding militan aka karmila nabeuh dengan 3 lagu. Acara sederhana yang sangat menyejukan mangs, HANCA ! ! SUNDA NEPI MODAR ! !

backsound : tarawangsa, karinding attack, karinding militan, salarvati, frau, blending corps, harmony of tragedi, demi god, demons damn.
books :  -
movie :  jumper
quotes : alam tidak membutukan kita, kareana alam tanpa kita masih tetap bisa ada. Kita yang membutuhkan alam (kimung, bedah lirik manunggaling kawula gusti)

KARINDING KALAMANDA, KI SELENTING, DAN SEKAR SUNDA KOMARA TASIKMALAYA

Oleh Kimung
Tasikmalaya sering menyebut dirinya sebagai daerah pertama kali karinding dibuat. Ini diperkuat oleh kisah Jajaka Kalamanda sebagai pencipta karinding di Tasikmalaya. Dalam syairnya “Karinding ti Citamiang” penyair Nazaruddjin Azhar mengisahkan kembali cerita ayng dituturkan Oyon Noraharjo tentang Kalamanda. Nun dahulu kala, lembur Citamiang, Pasir Mukti, ada dalam kekuasaan Kerajaan Galuh. Di kampung ini tersebutlah seorang jejaka gagah bernama Kalamanda yang masih keturunan menak Galuh. Suatu waktu, Kalamanda bertemu seorang mojang jelita yang seketika itu membuatnya jatuh cinta. Gadis itu bernama Sekarwati.
Kalamanda mencari cara untuk mendekati Sekarwati, yang konon telah membuat patah hati ratusan pemuda yang berniat mendekatinya. Beragam aksi berbalut ketampanan dan materi tak mampu meluluhkan sang gadis, mulai dari aksi jawara, menak, hingga santri, tidak ada yang bisa meuluhkan hati si jelita.
Akhirnya Kalamanda bertapa, memohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberikan jalan. Setelah tirakat, akhirnya ia mendapat petunjuk untuk membuat sejenis alat musik yang suaranya mampu mencerminkan perasaan cintanya yang dalam bagi sang pujaan. Setelah membuat beragam alat musik, akhirnya ia menemukan alat yang mampu mewakili getar perasaannya kepada Sekarwati. Alat itu sangat sederhana, terbuat dari pelepah kawung (enau) kering.
Ketika hari beranjak malam, Kalamanda diam-diam mendekati jendela bilik Sekarwati dan memainkan alat itu sepenuh cinta. Suaranya yang datang dari hati berhasil menyentuh sanubari Sekarwati yang hampir terlelap tidur. Sekarwati pun terpesona dan menerima pinangan Kalamanda dan mereka pun hidup bahagia selamanya. Kalamanda menamai alat yang berhasil mencuri hati Sekarwati itu, karinding, karena bentuknya yang mirip dengan kakarindingan, sejenis binatang lucu yang biasa ada di sawah pada zaman dulu.
Karinding sebagai alat musik penawan hati wanita juga muncul dalam kisah Ki Slenting sang playboy. Kisah ini pernah dikisahkan Yoyo Dasriyo dalam artikel berjudul “Karinding Menggelinding, Mengiring Ki Selenting” (Kompas Jawa Barat, 4/7). Berbeda dengan kisah Kalamanda yang berakhir bahagia, kisah Ki Slentingan berakhir tragis. Alkisah, dengan permainan karinding yang memukau, Ki Slenting memikat banyak wanita. Karena moral yang bejat, Ki Slenting menjadikan para wanita itu sebagai pelampiasan nafsu bejat dan melakukan tindakan tidak senonoh yang mengakibatkan kemarahan warga. Akhir kisah, Ki Slenting mati dihakimi warga yang merasa marah para wanita mereka dinodai sang playboy.
Di Citamiang, Tasikmalaya, karinding terus dikembangkan oleh Oyon Naroharjo. Oyon mengenal karinding dari sang ayah sejak ia masih sangat kecil. Bersama kawan-kawan nya semasa Sekolah Rendah tahun 1940an Oyon memainkan karinding sebagai alat permainannya. Semakin lama, Oyon semakin serius memainkan alat ini. Tahun 1955, ia pernah memainkan karinding bersama grup keseniannya dalam pasanggiri seni antar Sekolah Rendah di Cikondang.
Sepuluh tahun kemudian, Oyon mendirikan grup karinding Sekar Komara Sunda. Grup inilah yang kemduians ecara serius tampil di berbagai acara seni dan budaya dalam kurun waktu tiga puluh tahun kemudian. Empat panggung terakhir yang diingat Oyon adalah panggung di Hotel Preanger tahun 2001, kolaborasi dengan grup kesenian Kabumi dari UPI pimpinan Gianjar Saribanon tahun 2002, panggung kolaborasi karinding dengan jimbe, digerindo, kendang, rebab, dan rain stick di Gedung Kesenian Tasikmalaya, serta panggung terakhir Sekar Komara Sunda di sebuah acara akbar di Lapangan Gasibu Bandung tanggal 3 Mei 2003. Setelah acara ini, Dinas Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya menjanjikan akan menampilkan Sekar Komara Sunda di Taman Mini Indonesia Indah. Namun, entah mengapa janji ini tak juga terealisasikan. Yang menarik adalah hubungan awal Sekar Komara Sunda dengan Kabumi UPI yang sebenarnya sudah terjalin sejak 1999 ketika Kabumi datang ke Cineam untuk penelitian karinding. Hubungan inilah yang menghasilkan pendokumentasian kisah-kisah lisan tentang karinding terutama dari almarhum Oyon dan Bah Karna (Alm).
Walau kini sudah vakum, namun patut diakui jika Sekar Komara Sunda berhasil membentuk regenerasi pemain karinding dengan munculnya nama musisi karinding baru dari grup ini, yaitu Mang Sule. Sekar Komara Sunda juga mengungkapkan nilai-nilai edukasi dan harmonisasi dalam karinding. Alat musik dimainkan oleh beberapa orang, yang walau bermain dalam nada berbeda, namun tetap menjaga harmonisasi sehingga suara yang dihasilkan melaras. Harmonisasi dalam laras yang berbeda inilah inti dari kehidupan yang harus dijunjung tinggi.

dan bersumber dari :
Wawancara Sakasadana oleh Kimung
Wawancara Gembok Teuas Markipat Karinding oleh Kimung
Wawancara Abah Olot oleh Jaka, Fajar, dan Under Crew

Jumat, 10 Desember 2010

TOLEAT

Toleat adalah jenis kesenian atau alat musik yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Subang yang terbuat dariTamiang dan dimainkan dengan cara ditiup. Toleat pada awalnya muncul dan berkembang di daerah Panturayang merupakan daerah pertanian....
Terbentuknya toleat dilhami oleh empet-empetan, yaitu alat musik tiup yang dimainkan oleh anak gembala dan terbuat dari jerami padiyang baru saja dipanenEmpet-empetan sangat tergantung pada musim padi,sehingga mempengaruhi keadaan perubahan kreativitas anak gembala. Atas dasar hal tersebut maka anak gembala pun membuat alat musik yang terbuat dari pelepah daun pepaya dan lidahnya terbuat dari daun kelapa, alay musik ini disebut dengan Ole-olean(aerophone single reed). Bahan-bahan yang dipakai untuk membuat kedua alat musik ini tidak bisa permanen, hanya dapat dipakaisatu hari saja karena mudah rusak atau busuk.
Setelah mengalami bebrapa tahapan evolusi mulailah dari Empet-empetan dan Ole-olean maka terjadi perubahan yang sangat mendasar antara lain :bentuk bahan dan suara. pada tahapan ini terbentuk alat musik yang dinamakan dengan Toleat. Toleat berasal dari kata torotot ole-olean.
Toleat pertama kali telah dibuat oleh seseorang peternak yang bernama Parman, ia mempunyai keahlian dalam bermain musik terompet.Parman terinspirasi dari bunya empet-empetan dan ole-olean. kedua alat musik tersebut tidak mempunyai lubang nada bunyi sehingga tidaj banyak menghasilkan variasi nada atau istilah sundanya tuh....henteu norotot hanya mengahasilkan bunyi ole-olean.
Toleat pada perkembangannya dibuat dari congo awi atau ujung bambu, dan lidahnya terbuat dari kayu pohon berenuk dan dililit dengan rotan sebagai pamaes. pada perkembangan selanjutnya bahan yang dipakai untuk toleat dibuat dari awi tamiang(bambu intuk suling).
Toleat terdiri dari 8 buah lubang bunyi,1 lubang di bagan bawah dan 7 lagi di bagian atas,dengan tangga nada dasar nerlaras salendro . Nada-nada yang dihasilkan oleh Toleat merupakan adaptasi dari musik terompet.

Fungsi dan Penyajian Toleat
A.Kalangenan
Toleat berfungsi sebagai alat musik Kalangenan atau hiburan pribadi pada saat sedang ngangon atau menggembala lainnya.Toleatbiasanya dimainkan oleh gembala yang sedang menuggu ternak.Toleat sebagai alat musik Kalangenan dalam penyajiannya tidak terdapat lagu khusus,tapi hanya mengandalkan keunikan bunyi yang dihasilkan dari alat musik tersebut.

B.Pintonan
Toleat pada awalnya hanya bisa dipertunujukan pada teman-teman pada kegiatan di sekitar lingkungannya. kemudian dikreasikan dengan alat musik yang lainnya seperti Bumbung, Lodong, dan Celempung.Selanjutnya dapat pula disajikan dalam acara hiburan untuk umu dan acara adat masyarakat seperti Khitanan, Perkawinan, dan acara adat lainnya. Sedangkan lagu-lagu yang sering dibawakan yaitu lagu Ketuk tilu antara lain: Sulanjana, Peuyeum Gaplek,Awi Ngarambat, Dll.pada masa perkembangan Toleat hanya berkembang di Subangnamun sekarng sudah berkembang di berbagai daerah. Oleh karena itu kita sebagi rakyat subang perlu bangga sebagai warga Subang dan wujud kebanggaannya dengan cara ikut melestarikan kebudayaan ini.

CELEMPUNG

Waditra tradisional ini dibuat dari ruas bambu dengan sembilunya sebagai senar. Kegunaan waditra ini adalah sebagai pengatur irama lagu dalam orkestrasi yang dinamakan Celempungan.
Adapun bahan yang digunakan berupa seruas bambu (misalnya awi gombong) ukuran diamater lebih kurang 20 cm, panjang lebih kurang 40 cm. Yang dijadikan muka, ditatah diratakan (maksudnya untuk membuang sembilu yang tidak dipergunakan sebagai senar). Bagian tengahnya dilubangi agar suara senar menggema dalam tabung. Adapun kedua senar tersebut diatur nada-nadanya, yaitu barang-galimber atau nada-nada lainnya yang dikehendaki si pembuat. Kedua senar itu dihubungkan dengan bambu berbentuk persegi panjang (5×3 cm), dan disebut sumbi atau lilidah yang dipasang tepat pada tengah permukaan atau diatas lubang. Disamping itu dilakukan pelubangan lebih kurang 10 cm, untuk mengatur getaran volume udara yang diatur oleh telapak tangan kiri. Di ujung pangkal muka celempung terbentang 2 kerat bambu (5×1 cm) untuk alat penegang senar, dinamakan tumpangsari atau inang.

* Ensiklopedi Sunda, 2000.
http://www.sundanet.com/?p=77&cpage=1#comment-34769

KARINDING

KARINDING

    adalah sebuah alat yang digunakan orang tua dulu sebagai alat untuk mengusir hama di sawah. sekarang disebutnya sebagai alat musik karena menghasilkan bunyi . dan alat ini konon sebagai alat yang telah digunakan orang tua (karuhun) sejak jaman sebelum ditemukannya Kacapi, yang usia kecapi itu sendiri sudah mencapai lebih dari lima ratus tahun yang lalu, diperkirakan alat ini sudah lebih tua dari 600 tahun .
    Jenis alat seperti Karinding ini adalah alat musik yang dimiliki oleh berbagai suku yang bukan hanya di tatar sunda, juga di daerah bahkan negara dan bangsa lain, seperti misal jenis ini di Jawa tengah disebutnya sebagai Rinding, dan di Bali dikenal sebagai Genggong. bahan dan suara yang dihasilkan hampir tidak ada bedanya,yang berbeda adalah cara memainkannya, ada yang di Trim(di getarkan dengan di sentir) dan di Tap ( dipukul).
    sedang alat sejenis di luar dikenal dengan istilah Zuesharp ( harpanya dewa Zues)
Material yang digunakan (di wilayah jawa barat) untuk membuat karinding ini ada dua jenis, pelepah kawung dan Bambu, sedang Zeusharp menggunakan material besi dan baja.
    Jenis bahan dan jenis disain bentuk karinding, itu menunjukan perbedaan usia, tempat dan sebagai perbedaan gender pemakai. Semisal bahan bambu yang lebih menyerupai susuk sanggul, ini untuk perempuan,karena konon ibu-ibu menyimpannya dengan di tancapkan disanggul. Sedang yang laki-laki menggunakan pelapah kawung dengan ukuran lebih pendek, karena biasa disimpan di tempat mereka menyimpan bako. tetapi juga sebagai perbedaan tempat dimana dibuatnya, seperti diwilayah priangan timur, karinding lebih banyak menggunakan bahan bambu karena bahan ini menjadi bagian dari kehidupannya.


Memainkan Karinding
    cukup mudah untuk siapa saja, dengan cara di pukul memperlakukan alat ini seperti alat musik perkusi, dengan menggunakan satu jari tangan, dan ketika kita sudah mampu menghasilkan getaran secara intens,dengan di tempelkan di mulut sebagai resonansi nya, dan lidah sebagai pengontrol bunyi yang kita inginkan. 
Ada beberapa jenis suara yang dihasilkan, yaitu dengan mulut kosong tanpa napas dan dengan menggunakan napas,ini akan menghasilkan bunyi yang berbeda. Alat ini bisa menghasilkan suara yang khas dari tiap orang, sebutlah jenis melodi, rhytm dan bass nya bisa di hasilkan, atawa kendang, saron, goong nya kata orang sunda mah, bahkan menyanyikan lagu dengan karinding sekalipun, bukan dengan vokal kita, ini tergantung bagaimana kita bisa memainkan lidah dan napas.
    Yang menarik dari Karinding ini adalah, Pertama dengan cara di pukul ini mampu menghasilkan  bunyi yang variatif cukup banyak.Kedua, suara tiap orang yang memainkan akan berbeda dengan yang lainnya, walaupun memainkan jenis pukulan (Rahel) yang sama , ini berbeda karena tiap orang memilki konstruksi mulut yang berbeda.


Low desibel
kenapa Karinding mampu menghasilkan suara yang bisa mengusir hama? 
Suara yang dihasilkan berupa getaran yang tidak begitu jelas terdengar oleh telinga kita, secara ilmu suara di kategorikan pada jenis low desibel, yang getaran ini cuma bisa didengar oleh jenis binatang jenis insect, konon inilah yang dikenal sekarang sebagai suara ultrasonik.

Dan alat ini, leluhur kita membuatnya sebagai alat pengusir hama (bagaimana mereka bisa mengitung samapi kesana?) dan supaya betah memainkan alat ini, maka di ciptakanlah alat yang sangat incredible ini, ya mengusir hama, ya bermain musik, ya asik!. dahsyat kan?

belakangan kita tahu microsoft mengeluarkan software anti nyamuk, pernah denger?, juga TV Media menjual sebuah alat ultrasonic yang di connect ke listrik. coba dengarkan apa yang diahsilkan oleh alat ini semua? sebuah getaran!
    Ini lah bedanya ilmu leluhur, alat bukan cuma sekedar alat, tetapi ada perhitungan lain yang lebih dari itu, coba bayangkan hubungan ilmu leluhur kita antar satu dengan lainnya.
seperti Karinding ini, alat pengusir hama dengan bermain musik, bebas pestisida, dan binatang juga harus hidup untuk keseimbangan alam ini,jadi tidak perlu dibunuh.
Kenapa kita memainkan karinding denga  di pukul? marilah kita lihat alat musik sunda yang dasarnya sebagai alat perkusi, calung, angklung,kendang,goong,saron bonang mah sudah jelas, beberapa alat musik gesek pun ada yang memainkannya dengan dipukul di beberapa rhytme tertentu, tarawangsa misalnya.
Kecanggihan alat ini sebagai bukti bahwa karuhun urang sunda sebagai  "bangsa yang sudah memiliki kebudayaan, bahasa, tulisan bahkan hitungannya pun sudah sampai ke tingkat Matrix,itu pada tahun 122 Masehi" percaya?
pasti tidak, karena kita tidak pernah mendengar apa dan siapa Kisunda teh,

http://yoyoyogasmana.multiply.com/journal/item/1